Berikut Cara Merancang Soal Tanpa Diakali ChatGPT!

Dalam era teknologi yang berkembang pesat ini, kehadiran dari teknologi kecerdasan buatan (AI) dan platform seperti ChatGPT telah mengubah kebiasaan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, termasuk pada bidang pendidikan. Seperti yang kita ketahui, salah satu aspek yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi seorang siswa ialah melalui ujian atau tes.

Namun, situasi ini menjadi sebuah tantangan bagi para dosen dan guru setelah kehadiran dari ChatGPT, yaitu kecerdasan buatan (AI) generatif yang dikembangkan oleh OpenAI. Kemampuan chatbot ini disalahgunakan oleh siswa untuk menjawab setiap soal yang semestinya sulit, namun dapat dikerjakan dengan mudah, bahkan dengan jawaban yang terkesan terlalu sempurna dan bahasa yang rumit.

Seperti yang kita ketahui, ChatGPT memiliki kemampuan yang luar biasa dalam menjawab pertanyaan, menulis caption pemasaran, hingga menulis dalam bidang akademik. Namun, di balik segala kecerdasannya, ternyata masih ada beberapa kekurangan dan keterbatasan, termasuk masalah keintegritasan kontennya. Oleh karena itu, dalam artikel ini, Teknologi.id akan membahas bagaimana para dosen dan guru dapat merancang soal-soal yang sulit untuk diakali oleh AI dan ChatGPT seperti yang dilansir dari The Conversation.

  • Merancang Soal dengan Media Visual Kompleks

Salah satu cara yang dapat digunakan ialah dengan merancang soal menggunakan media visual yang kompleks. Seperti yang kita ketahui, untuk saat ini, layanan ChatGPT yang tersedia untuk publik masih terbatas pada teks, sehingga belum dapat memproses video atau gambar. Dalam konteks ini, para dosen dan guru dapat menciptakan soal ujian dalam bentuk gambar yang memerlukan interpretasi atau analisis dari siswa.

Sebagai contoh, soal dapat dirancang sehingga siswa diminta untuk memberikan jawaban dalam bentuk gambar seperti mindmapflowchart, atau infografik yang kompleks dan memerlukan analisis yang personal, sehingga akan sulit untuk menggunakan ChatGPT dalam mengakalinya. Selain mencegah potensi kecurangan, rancangan soal yang menggunakan unsur visual juga dapat mengukur kreativitas siswa dalam menyampaikan jawaban tanpa menggunakan teks.

Penting untuk dicatat bahwa OpenAI sedang mengembangkan versi terbaru dari ChatGPT, yaitu GPT4, yang dikabarkan memiliki kemampuan untuk memproses input gambar. Namun, batas kemampuan dari program ini masih belum lengkap, sehingga para dosen dan guru masih dapat menggunakan metode ini saat ini, namun tetap perlu mengikuti perkembangan terbaru untuk dapat memperbarui metode pengujian dan penilaian.

  • Sertakan Penggunaan Referensi Akademik yang Spesifik

Selain itu, ChatGPT juga bisa menyajikan format referensi yang sesuai dengan standar penulisan American Psychological Association (APA), namun referensi yang dihasilkan olehnya masih memiliki keterbatasan terutama dalam menyajikan referensi akademik yang berkualitas, terkini, dan kredibel.

Baca juga: Tips Memaksimalkan E-Learning dengan Menggunakan CMS Moodle – Teknologi

Bahkan, dalam beberapa kasus, ditemukan bahwa ChatGPT menggunakan sumber referensi yang tidak benar dalam jawaban yang diberikan. Oleh karena itu, apabila siswa mendapatkan jawaban dari suatu soal dengan bantuan AI, mereka perlu melakukan pengecekan ganda untuk memastikan jawaban esai mereka sesuai dengan referensi yang spesifik.

Sehingga diharapkan, dengan adanya langkah ini, penggunaan AI dalam mengerjakan tugas atau ujian dapat dikurangi. Selain itu, kelengkapan dan ketepatan penggunaan referensi juga dapat menjadi indikator hasil pengerjaan yang berkualitas dan menunjukkan bahwa jawaban tersebut kemungkinan tidak dihasilkan oleh program AI.

  • Minta Siswa untuk Mengkritisi Jawaban dari AI

Dalam menghadapi perkembangan AI ini, penting bagi dosen dan guru untuk menggunakan berbagai metode evaluasi, misalnya diskusi kelompok yang kemudian diikuti dengan serangkaian pertanyaan. Selanjutnya, siswa diminta untuk memasukkan pertanyaan tersebut ke layanan AI dan biarkan mereka untuk menilai jawaban yang dihasilkannya dengan menggunakan konsep-konsep dan materi yang telah mereka pelajari sebelumnya.

Dalam konteks ini, penilaian lebih difokuskan terhadap kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengevaluasi kualitas dari informasi yang diberikan. Kemampuan berpikir kritis ini menjadi hal yang perlu diperhatikan karena penggunaan AI yang tidak bertanggung jawab dan kebiasaan menerima jawaban tanpa pemikiran kritis dapat mengurangi kemampuan berpikir kritis siswa.

Meskipun terdapat perdebatan tentang sejauh mana AI seperti ChatGPT mampu meniru kemampuan manusia dalam berpikir kritis, tentunya para dosen dan guru perlu memiliki keterampilan yang baik dalam merancang pertanyaan atau instruksi yang tepat dalam menyusun soal. Namun, setidaknya, format tugas seperti ini dapat melatih dan meningkatkan kesadaran siswa untuk lebih kritis terhadap jawaban AI dan tidak menerima informasi begitu saja.

Penting untuk dicatat bahwa penggunaan ChatGPT tidak perlu dilarang apalagi kita sedang mengalami era perkembangan teknologi AI. Namun, perlunya aturan yang lebih lanjut untuk memastikan bahwa teknologi ini digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tanpa mengorbankan integritas akademik dan keadilan dalam proses evaluasi.

Hal ini tentunya menjadi tantangan baru bagi para dosen dan guru dalam merancang soal yang tidak mudah diakali oleh AI. Namun, dengan mengutamakan pemahaman konsep, kreativitas, dan penggunaan beragam metode penilaian, dapat dipastikan bahwa soal-soal tersebut akan lebih dari sekadar menguji pengetahuan, tetapi juga mendorong perkembangan keterampilan dan pemahaman mendalam yang tidak dapat digantikan oleh teknologi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *