Gempa bumi yang baru-baru ini melanda Prefektur Ishikawa telah memperlihatkan kepada masyarakat kehebatan teknologi pendeteksi gempa bumi, yaitu J-alert. Teknologi serupa juga dimiliki oleh Indonesia, yang dikenal dengan nama InaTEWS. Sistem ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 2007 oleh Badan Penanggulangan Kebakaran dan Bencana pemerintah. Berbasis satelit, InaTEWS memungkinkan pemerintah daerah untuk mengirimkan peringatan langsung kepada media dan warga setempat.
Setelah gempa bumi mengguncang Jepang, perbincangan tentang kecanggihan teknologi ini ramai di media sosial. Meskipun gempa mencapai magnitudo 7,4 skala richter, jumlah korban di Prefektur Ishikawa relatif rendah, dengan kurang dari 100 orang tewas dan luka-luka. Ini menjadi perbandingan dengan gempa besar yang melanda Jepang pada tahun 2011, yang menewaskan hampir 20 ribu orang.
J-alert menggunakan Earthquake Early Warning (EEW) untuk memberikan notifikasi kepada masyarakat melalui smartphone mereka, memungkinkan tindakan pencegahan. Indonesia memiliki teknologi serupa dengan InaTEWS, yang masih dalam proses penyempurnaan. Meskipun demikian, masyarakat dapat mengambil langkah proaktif dengan mengaktifkan notifikasi gempa bumi pada smartphone mereka sendiri. Caranya sederhana, yakni melalui menu pengaturan, pilih Keamanan & Keadaan Darurat, lalu aktifkan peringatan gempa bumi. Dengan begitu, setiap informasi mengenai gempa bumi akan langsung diterima melalui smartphone.