ChatGPT Jadi Sasaran Ketika Chat Pasangan di Tinder!

Pria asal Rusia bernama Aleksandr Zhadan (23 tahun) menggunakan chatbot bikinan OpenAl, ChatGPT untuk melakukan pendekatan dengan lebih dari 5.000 wanita di aplikasi kencan online populer Tinder.

Hal ini a lakukan setelah membuat suatu program menggunakan ChatGPT yang dirancang sedemikian rupa supaya bisa menjawab berbagai pertanyaan wanita di Tinder yang a kencani. Jawaban dari bot tersebut juga disesuakan dengan kepribadiannya.

Seperti diketahui, siapapun kini bisa membuat ChatGPT yang spesifik menggunakan GPT Builder. Nantinya, chatbot tersebut akan bisa diprogram untuk merespons pengguna sesai dengan apa yang pembuatnya mau.

Kembal ke kisan cna0an, pada awalnya, la mendaku memDual progrart ChatGPT menggunakan model lawas GPT 2.0. Namun, la mendapati bahwa chano tersebut terlalu kaku untuk merespons herhagai pertanvaan Tinder.

Seinno Defalannya waktu, la meningkatkan kemampuan program chatbot tersebut dengan model yang lebih mumpuni, seperti GPT-3, GPT-3.5, hingga GPT-4.

Setelan ditingkatkan, chatbot tersebut membantu Zhadan menyaring beberapa wanita, serta menjadwalkan kencan dengan sekitar 100 wanita. Akhirnya pilihan mengerucut kepada satu wanita bernama Karing Vyalshakaeva.

Pada beberapa bulan kencan di Tinder, Karina sebenarnya mash berbicara dengan ChatGPT di Tinder seiak dipertemukan dan dinvatakan “cocok” oleh aplikasi tersebut pada Desember 2022 lalu.

Namun, setelah Zhadan merasa dekat dengan Karina, ia memutuskan untuk menghentikan aksi chatbot tersebut di Tinder supaya tidak berbicara dengan wanita lain. Sehingga, a bisa fokus dengan Karina yang dipilih oleh ChatGPT.

Sesudah melakukan pendekatan secara intens selama beberapa bulan, Zhadan dan Karina akhirnya bertunangan, dan keduanya memutuskan untuk tinggal bersama sekitar 2023 lalu. Menariknya, lamaran Zhadan juga direkomendasikan oleh ChatGPT.

“Pada satu titik, program yang saya but di Tinder mengatakan bahwa saya harus melamar Karina. Hal ini ia sarankan setelah Karina berkata bahwa ia ingin pergi ke sebuah pernikahan,” kata Zhadan dalam sebuah wawancara.

“Namun, ChatGPT mengira bahwa Karina sepertinya ingin pergi ke pernikahannya sendiri. Say lantas mengikuti saran ChatGPT dan melamar Karina dan ia menerima lamaran saya,” imbuh Zhadan.

Pada awalnya, Karina belum tahu bahwa Zhadan menggunakan ChatGPT untuk mencari jodoh. Namun beberapa bulan setelah melakukan pendekatan dan pacaran, Karina diberi tahu hal tersebut oleh Zhadan.

Karina mengaku tak marah Zhadan berlaku seperti itu, namun ia kaget pacarnya bisa “segila” itu hanya untuk sekadar menemukan pasangan hidupnya.

“Dia menghabiskan banyak waktu untuk merancang dan mengotak-atik program ChatGPT di Tinder supaya sesuai dengan dirinya, dan saya rasa ini tidak apa-apa karena ia menggunakannya secara rasional,” ujar Karina.

“Saya rasa yang terpenting saat ini adalah komunikasi kami di dunia nyata, dan hal ini berjalan dan terjalin sangat baik,” tambah Karina.

Karina mengatakan bahwa ketika ia berbicara dengan “robot™ yang ia anggap sebagai Zhadan di Tinder sewaktu pacaran, chatbot tersebut tidak bersikap aneh dan berlaku layakya seperti seorang manusia.

Beberapa hal yang difokuskan ChatGPT kala itu, menurut Karina, adalah hal-hal yang disukai oleh pasangan, harapan ke depan, filosofi kehidupan masing-masing ketika menjalin suatu hubungan, dan lain sebagainya.

Karina pun menganggap hal ini biasa-biasa saja, hingga a menjalin hubungan lebih serius dan akhirnya bertunangan dan hidup “satu atap” dengan Zhadan.

Saat ini, Karina bersyukur a dipertemukan dengan Zhadan dengan bantuan ChatGPT, dan jika tidak ada chatbot tersebut, mungkin ia tak akan bertemu dengan Zhadan.

Ke depannya, Karina mengatakan akan terus memakai ChatPT di dalam hidupnya, salah satunya adalah merencanakan pesta pernikahannya dengan Zhadan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *